Suatu hari abi pernah memberikan materi...
Abi : "coba kita lihat, diusia kalian yang sudah menginjak kepala dua ini, banyak tidak yang sudah hafal al-Qur'an?"
Kami : "banyaaaak"
Abi : "waktu yang Allah beri pada mereka dan pada kalian sama nggak?"
Kami : "samaaaaaa"
Abi : "24 jam kan?"
Kami : "iyaaa"
Abi : "lalu mengapa hasilnya bisa BEDA??
Kami : *hening muka meringis malu mak jleb jleb berasa ditabok pake gong"
Abi : "Apa yang menyebabkan mereka bisa sementara kita tidak?"
semuanya terletak pada bagaimana kita MEMANFAATKAN WAKTU
hari itu rasanya beneran kayak ditabok pake gong. Ngerasa malu banget sama kelakuan sendiri.tapi hari ini... rasanya lebih dari ditabok pake gong, mungkin kayak di cabut nyawa sesaat -_-
hari ini aku benar-benar menemukan realita itu. realita dimana banyak orang seusia ku yang sudah menjadikan Al-Qur'an sebagai kekasih hidupnya. mereka mempelajari, menghafalnya, dan mengamalkannya. oh Allaaaaaaaah ! ternyata realita itu ada di hidupku. teman satu kelas ku ternyata beberapa sudah jauh lebih dulu mencintai firman mu.
aku malu :(
merasa hidupku terlalu banyak dihabiskan di kasur dari pada tadabur dan tafakur
rasanya terlalu banyak mendengkur dibandingkan bersyukur
boro-boro menambah hafalan, murajaah pun enggan
boro-boro murajaah, tilawah aja sok soan lelah lelaaaah
UDAH NGAPAIN AJA 20 TAHUN INI DIL????!
UDAH PERNAH BIKIN APA?
APA YANG ERNAH DI CAPAI?
PUNYA AMALAN APA BUAT PULANG NANTI?
PEDE BANGET MAU MASUK SURGA
:'''''''''(
Kamis, 10 Desember 2015
Minggu, 06 Desember 2015
SUCI
Kenyang menelan ludah
menunggu senja yang tak kunjung jingga
Lapar meski perut telah terisi penuh
Entah
Sudah berjam-jam disini
begini
setiap hari
pergi pagi
pulang petang
menatap layar
datar
sibuk?
mandiri?
individualistis?
terserah
yang aku tau, aku sedang duduk disini
berusaha menyelesaikan rubik yang tak kunjung menemui warna senada
sepele bagimu
masalah bagiku
senja tiba,
lagi-lagi tanpa jingga
aku harus pulang
dengan tas dan isi yang sama
dengan tumpukan tugas yang tak bertambah satu katapun
masih suci
entah sampai kapan ia akan suci
padahal aku telah melewati pagi demi pagi
lagi-lagi
aku keluar dari deadline
menunggu senja yang tak kunjung jingga
Lapar meski perut telah terisi penuh
Entah
Sudah berjam-jam disini
begini
setiap hari
pergi pagi
pulang petang
menatap layar
datar
sibuk?
mandiri?
individualistis?
terserah
yang aku tau, aku sedang duduk disini
berusaha menyelesaikan rubik yang tak kunjung menemui warna senada
sepele bagimu
masalah bagiku
senja tiba,
lagi-lagi tanpa jingga
aku harus pulang
dengan tas dan isi yang sama
dengan tumpukan tugas yang tak bertambah satu katapun
masih suci
entah sampai kapan ia akan suci
padahal aku telah melewati pagi demi pagi
lagi-lagi
aku keluar dari deadline
Langganan:
Komentar (Atom)